Sabtu, 21 April 2012

Hacker


                Untuk sebagian orang awam, istilah hacking sendiri mungkin identik dengan pembobolan sistem, pencurian data di internet yang selalu dihubungkan dengan apapun bentuk kejahatan-kejahatan dunia maya lainnya. Tampaknya persepsi tersebut tidak salah, namun tidak juga sepenuhnya benar. Kenapa dikatakan demikian? Artikel ini dibuat untuk meluruskan kembali makna hacking maupun hacker (orang yang melakukan hacking), yang identik dengan kejahatan di dunia maya. Untuk permulaan, ada baiknya kita memahami sejarah dan perkembanganya.
                Awalnya kata hacking muncul pada awal tahun 1960, diantara para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kelompok mahasiswa tersebut merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer, khususnya komputer mainframe. Kata hacker sendiri mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Memang pada awalnya istilah hacking dan hacker memiliki konotasi yang positif.
                Pada tahun 1983, barulah istilah hacker mulai berkonotasi negatif. Kenapa dikatakan demikian, pada tahun tersebut untuk pertama kalinya FBI menangkap kelompok kriminal komputer yang bernama “The 414s”. Kelompok yang berbasis di Milwaukee, Amerika Serikat ini dinyatakan bersalah atas pembobolan 60 buah komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos.
                Kesalahpahaman terhadap definisi hacker semakin parah dengan adanya sekelompok orang yang menyebut dirinya sebagai hacker, padahal bukan. Mereka hanya mengambil keuntungan atas tindakan mereka membobol situs atau sistem komputer.
                Definisi hacker sendiri sampai saat ini masih abu-abu . Apalagi dengan kenyataan yang terjadi di atas. Masyarakat memahami hacker sebagai sesuatu yang negatif karena salahpaham akan perbedaan istilah tentang hacker dan cracker. Banyak orang memahami bahwa hacker yang mengakibatkan kerugian pihak tertentu seperti mengubah tampilan suatu situs web (defacing), menyisipkan kode-kode virus, dan lain-lain, padahal yang melakukan hal-hal tersebut adalah cracker. Cracker yang menggunakan celah-celah keamanan yang belum diperbaiki oleh pembuat perangkat lunak atau yang lebih kita kenal dengan istilah bug. Dari bug inilah para cracker mulai melakukan aksinya, dengan menyusup dan merusak suatu sistem yang telah ada.
                Sesungguhnya hacker bukanlah perusak seperti yang dibayangkan oleh banyak orang awam diluar sana. Justru kita patut berterima kasih atas kehadiran mereka. Tanpa mereka, mungkin trend dotcommers tidak akan seramai saat ini. Berkat jasa mereka, internet yang saat ini kita rasakan terus berkembang dan terus diperbaiki dari segala kesalahan dan kekurangan sistem yang ada. Berbagai kelemahan yang ada terus dipublikasikan dan diperbaiki secara sukarela oleh para hacker. Bahkan satu hal yang membuat salut adalah rasa berbagi informasi dan ilmu antar anggota komunitas hacker yang justru tumbuh di dunia maya yang biasanya terkesan seorang hacker identik dengan antisosial.
                Di berbagai forum terdapat sebuah motto dari komunitas hacker yaitu “Hacking is an art”. Mungkin hacking sendiri tidak hanya sekedar seni, melainkan juga sebuah kreativitas.  Mengapa bisa dikatakan demikian? Satu hal yang bisa diperoleh, Algoritma merupakan sebuah seni membuat program. Karena membuat suatu algoritma dari sebuah aplikasi maupun sistem adalah unik, antara satu programmer dan progammer lainnya pasti berbeda. Meskipun maksud, fungsi dan tujuannya dari aplikasi maupun sistem itu sama, dapat dipastikan bahwa penulisan kode programnya akan berbeda. Disinilah cara pandang seorang hacker, dimana mereka melihat sebuah cara penulisan kode program sebagai sebuah karya seni.
                Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa hacking bukan hanya semata-mata sebuah ilmu, melainkan sebuah seni yang memerlukan kreativitas tinggi. Untuk menimbulkan daya kreativitas yang tinggi, maka diperlukan rasa keingintahuan yang tinggi pula. Bukan seorang hacker namanya jika dia hanya menunggu datangnya sebuah informasi, namun dia juga harus aktifmencari informasi. Namun sekarang timbul sebuah pro dan kontra baru. Sekarang tidak lagi memperdebatkan masalah definisi hacking itu sendiri, melainkan tentang sepak terjang hacker. Bagi seorang hacker segala informasi adalah free maka tidak ada lagi privasi. Selama ini hacker sejati memang tidak pernah merusak, mereka hanya sekedar mencoba masuk ke dalam sebuah sistem untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang ada. Namun permasalahannya adalah bagaimana jika hacker tersebut masih newbie atau tergolong baru dan dia tidak mengetahui apakah yang dia lakukan itu adalah sesuatu yang merusak atau tidak. Maka jangan heran ketika pernah membaca di media elektronik, ada seorang hacker yang ditangkap padahal dia hanya iseng atau hanya mencoba-coba.

                Terlepas dari hal-hal di atas, terdapat batas yang tipis antara kreativitas dan kriminalitas dalam dunia maya. Jika salah melangkah sedikit saja, maka konsekuensinya adalah hukum atau penjara. Untuk itulah seorang hacker juga perlu memperhatikan etika-etika yang ada. Saat ini muncul istilah “Certified Ethical Hacker”, dimana seorang hacker dimungkinkan untuk memiliki sertifikasi bertaraf internasional dalam dunia hacking. Dengan sertifikasi ini secara legal seorang hacker dapat melakukan pekerjaannya dengan seizin dan sepengetahuan pemilik dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat keamanan pada suatu sistem. Meskipun demikian, kegiatan yang dilakukan tanpa sepengetahuan dan izin dari pemilik, walaupun memiliki tujuan yang baik justru mendapat ancaman hukuman yang sesuai jika sang pemilik sistem merasa tidak senang dengan perbuatan hacker.

0 komentar:

Posting Komentar